CILEGON – Aktifitas pembongkaran bahan baku yang dilakukan oleh PT Indoferro di keluhkan oleh masyarakat. Pasalnya, bahan baku yang berupa nikel ore milik perusahaan yang bergerak di pengolahan besi baja itu, tercecer di jalan, tepatnya di perlintasan JLS (Anyer-Ciwandan).
Untuk diketahui, Nikel ore adalah batuan mineral yang merupakan bahan baku pembuatan logam nikel. Nikel adalah unsur kimia dengan simbol Ni dan nomor atom 28.
Logam ini berwarna putih perak berkilau, dengan sedikit nuansa kuning keemasan sehingga terlihat seperti tanah liat/merah dan karena masih berbentuk batuan (bukan logam) saat tercecer di jalan akan menimbulkan efek berupa debu dan saat terkena air/hujan menyebabkan kondisi jalan menjadi licin.
Polemik yang timbul akibat aktifitas yang dilakukan PT Indoferro, mendapatkan kecaman dari berbagai pihak.
Elemen masyarakat, mulai dari pemuda, dan organisasi sosial seperti karang taruna (KT) pun ikut angkat bicara.
Kepada wartawan, Ketua KT Mariam Baja Hanafi mengatakan, permasalahan itu terjadi akibat Raw Matrial (bahan baku) yang diangkut dari dermaga sering tercecer dijalan, dan membahayakan bagi seluruh pengguna jalan.
“Jika musim panas mengakibatkan debu yang luar biasa, jika musim penghujan jalanan berubah menjadi sangat licin sekali,” ungkapnya, Minggu (19/5/2019).
Menurutnya, aktifitas yang menggagu seperti ceceran material bahan baku untuk pembuatan baja tersebut sangat menganggu masyarakat di lingkungan sekitar dan masyarakat umum yang mengunakan jalan di perlintasan tersebut.
“Secara langsung tidak, tapi secara umum sangat mengganggu, debu yang ditimbulkan dari kegiatan itu sangat mengganggu lingkungan sekitar, baik warga yang pemukiman nya disekitar situ dan juga pengguna jalan pada umum nya,” terangnya.
Lebih lanjut Hanafi mengatakan, dampak akibat ceceran raw matrial sudah sangat membahayakan bahkan mengancam keselamatan atau nyawa seseorang.
“Saya pernah menemukan pengendara motor terjatuh di lokasi tercecernya material tersebut, karena saking licinnya jalan ketika hujan datang. Ada yang luka-luka dari mulai ringan hingga cukup serius, bahkan ada yang patah tulang. Sebenarnya ada jalan alternatif bagi truk pengangkut bahan baku untuk menuju ke lokasi pembongkaran, selain melewati jalan lingkar yang sangat ramai, bisa saja dari Pelabuhan Pelindo langsung menyebrang melalui perapatan ciwandan dan langsung ke PT Indoferro tanpa melalui jalan raya dan jalan lingkar selatan, sehingga dampak yang ditimbulkan bisa dikurangi. Solusinya, tinggal dari PT Indoferro saja yang berkoordinasi dengan para tokoh dilingkungan tersebut, dan Insha Allah dalam waktu dekat juga saya akan menanyakan kepada ketua Karang Taruna Kecamatan Ciwandan dan Ketua Karang Taruna Kelurahan Kepuh terkait keluhan para pengguna jalan dan juga masarakat akibat atau dampak dari pembongkaran raw matrial ini,” tandasnya.
Menurutnya, industri-industri yang berdomisili di area Ciwandan, sebaiknya juga memikirkan soal kearifan lokal, bukan hanya sekedar memikirkan keuntungan, sementara masyarakat dijadikan korban.
Sementara itu, Marhani Syarif Ketua KT Kelurahan Kepuh juga mengeluhkan akibat yang timbul karena aktifitas tersebut.
Menurutnya, debu hasil bongkar yang dilakukan PT Indoferro dari Pelindo II itu tercecer ke jalan yang membuat jalan menjadi licin dan berdebu karena truk pengangkut bahan dari Pelindo II tidak di tutup terpal.
Hal tersebut lanjutnya, diperparah dengan tambahan sisa bahan yang menempel ke ban mobil, hingga akhirnya terbawa ke sepanjang jalan di JLS dan menambah volume debu yang terbang ke pemukiman.
“Apa yang menjadi jargon bahwa PT. Indoferro ramah lingkungan tidak terbukti dan kami menyarankan PT. Indoferro hengkang dari Ciwandan karena aktivitasnya tidak membawa kemaslahatan buat warga Ciwandan khususnya warga yang terdampak dari aktivitas tersebut,” pungkasnya. (Sep/Red)
Discussion about this post