HARIANBANTEN.CO.ID – Jaringan air yang belum merata milik Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda) Kota Cilegon masih menjadi kendala utama dalam penanggulangan kebakaran. Hal itu membuat pemadam kebakaran kesulitan mengatasi kebakaran dengan cepat dan efektif.

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Cilegon, Achmad Jubaedi, mengungkapkan bahwa keterbatasan akses air menjadi kendala utama dalam operasional pemadaman. Hingga kini, tidak semua wilayah memiliki jaringan air yang layak, sehingga banyak titik strategis masih belum dilengkapi hydrant.

“Kami masih mengalami keterbatasan hydrant yang terhubung langsung ke jaringan air pemda, terutama di daerah Merak. Untuk itu, kami bekerja sama dengan industri dan masyarakat agar bisa menggunakan sumber air mereka saat ada kebakaran,” kata Achmad Jubaedi.

Ketergantungan pada sumber air industri dan swasta menjadi solusi darurat, tetapi ini bukan solusi jangka panjang yang ideal. DPKP Cilegon telah menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan besar seperti Pertamina serta sejumlah restoran yang bersedia membuka akses ke hydrant mereka saat terjadi kebakaran.

Namun, pendekatan ini dinilai tidak dapat menggantikan tanggung jawab pemerintah dalam memastikan ketersediaan hydrant di area publik. Ketergantungan pada sektor swasta berisiko memperlambat respons pemadaman, terutama di kawasan padat penduduk.

“Kami berharap ada perhatian lebih dari pemerintah daerah dan Perumda untuk menyediakan hydrant secara merata. Idealnya, setiap tahun ada penambahan unit agar respons pemadaman semakin cepat dan efektif,” tegasnya. (ASEP/Red)