HARIANBANTEN.CO.ID – Sebuah komunitas alumni SMAN 1 Rangkasbitung yang memiliki hobi jalan-jalan atau touring (Asak’s 95 Ngelantour) mengunjungi Jembatan Akar, Baduy Luar, Minggu (11/08/2024) untuk mengisi hari libur.

Ketua panitia Asak’s 95 Ngelantour to Baduy, Irwan mengatakan, sebagai salah satu cara untuk mengenal suku bangsa di tanah air, Asak’s 95 Ngelantour mengajak para anggota komunitasnya untuk mengunjungi suku Baduy Luar yakni ke Jembatan Akar.

“Tidak seperti jembatan di kota, penduduk lokal membangunnya dengan konstruksi bahan bambu yang unik. Sebuah jembatan dari akar pohon pun tampak keren hingga jadi buruan pengunjung,” ucapnya.

Masih kata Irwan, puluhan kendaraan roda dua dari para anggota komunitas yang berasal dari Jabodetabek, Serang, Pandeglang, dan Bandung berangkat bersamaan melalui rute Rangkasbitung, Kalanganyar, Cimarga, dan Leuwidamar sekitar 2 jam jarak tempuh perjalanan hingga mencapai tempat tujuan.

Ia melanjutkan, dari tempat terakhir penitipan motor, pengunjung harus berjalan kaki melintasi medan Baduy yang berbukit-bukit dan tidak mudah. Tak jarang mereka berhenti sejenak untuk mengambil nafas berkedok foto bersama di beberapa tempat.

“Tracking yang benar-benar menguji stamina. Pengunjung harus melintasi jalan perkampungan, pematang sawah, hingga jalan setapak di ladang yang konturnya naik-turun. Dan semua perjuangan itu terbayar begitu kami tiba di tujuan (Jembatan Akar -red),” jelasnya.

“Kami duduk di batu berukuran besar, sambil menikmati gemericik air sungai yang berwarna kehijauan. Tak jauh dari kami, malah ada beberapa pengunjung yang sengaja berbaring sambil menikmati segarnya alam Baduy,” tambahnya.

Hal senada dikatakan peserta Asak’s 95 Ngelantour asal Kabupaten Serang, Ariyana. Dikatakannya, selain terkenal dengan keanekaragaman budaya dan hasil tani, Kampung Adat Baduy ternyata juga menyimpan sejumlah tempat menarik serta ikonik. Keberadaan Jembatan Akar tersebut juga menyambungkan Baduy luar dan Baduy dalam

“Kini, jembatan akar tersebut bukan sekadar penghubung antar desa, tapi juga tempat wisata,” terang Ariyana. (Aswapi/Red)