Saat Idul Adha Jatuh di Hari Jumat, Masih Wajibkah Salat Jumat? Ini Penjelasan Buya Yahya
HARIANBVANTEN.CO.ID – Menjelang perayaan Idul Adha yang diperkirakan akan jatuh pada hari Jumat, 6 Juni 2025, muncul pertanyaan di tengah masyarakat: apakah salat Jumat tetap wajib dilaksanakan?
Menanggapi hal ini, Buya Yahya, ulama kharismatik asal Cirebon sekaligus pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah, menegaskan bahwa dalam Mazhab Syafi’i, salat Jumat tetap wajib meskipun bertepatan dengan hari raya.
“Dalam mazhab kita, yaitu Mazhab Syafi’i, tidak ada perbedaan. Salat Jumat tetap wajib walaupun hari itu bertepatan dengan hari raya,” ujar Buya Yahya dalam ceramah yang disampaikan melalui kanal resmi Al-Bahjah, baru-baru ini.
Buya Yahya menjelaskan, pendapat yang menyebut salat Jumat tidak wajib bila sudah menunaikan salat Id, berasal dari Mazhab Hanbali yang dinisbatkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal. Menurut mazhab tersebut, terdapat rukhsah (keringanan) bagi sebagian orang untuk tidak salat Jumat bila sudah mengikuti salat Id.
Namun, ia mengingatkan bahwa masyarakat Indonesia secara umum berpegang pada Mazhab Syafi’i. Karena itu, membawa pendapat dari luar mazhab tanpa menjelaskan konteksnya bisa menimbulkan kebingungan di tengah umat.
“Sekarang ini banyak alumni yang pulang dari luar negeri, belajar mazhab lain, lalu menyampaikan pendapatnya di tengah masyarakat yang tidak mengenalnya. Ini kadang memicu kegaduhan,” tambahnya.
Buya Yahya juga menjelaskan, hukum pendirian lebih dari satu masjid Jumat dalam satu kawasan. Dalam Mazhab Syafi’i, hal itu diperbolehkan jika masjid utama tidak mampu menampung seluruh jamaah.
Ia merujuk pendapat para ulama seperti Imam Al-Qulyubi dan Imam Umairah, yang menyebutkan empat kategori orang yang menjadi ukuran ketercukupan masjid:
- Mereka yang merdeka,
- Mereka yang diwajibkan salat Jumat,
- Mereka yang sah salat Jumatnya (termasuk perempuan dan musafir),
- Kaum Muslimin yang ahli salat secara umum.
“Kalau orang-orang yang sah Jumatannya saja tidak tertampung dalam satu masjid, maka boleh dibuka masjid baru untuk pelaksanaan salat Jumat,” jelasnya.
Namun demikian, Buya Yahya tetap menganjurkan agar umat Islam mengedepankan persatuan dan tidak memperuncing perbedaan pendapat. Ia menegaskan bahwa ukhuwah (persaudaraan) tetap menjadi yang utama.
“Yang penting jangan saling melarang. Jangan sampai timbul konflik hanya karena ingin tampil atau menjadi tokoh,” pungkasnya.
Penulis: Red | Harianbanten.co.id
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.