HARIANBANTEN.CO.ID – Debat kandidat calon walikota dan wakil walikota di Pilkada Kota Serang dinilai masih monolog. Hal itu diungkapkan Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Ail Muldi yang mengkritisi jalannya debat Pilkada Kota Serang.

Menurutnya masing-masing pasangan calon belum menawarkan gagasan pembangunan. Dimana kandidat belum memanfaatkan panggung debat publik sebagai ajang menyampaikan visi misi dan programnya.

“Debat publik semestinya memperlihatkan sejauh mana gagasan yang dimiliki para kandidat untuk menjawab permasalahan atau pembangunan Kota Serang,” katanya, Senin 11 November 2024.

Diketahui, Pilkada Kota Serang diikuti tiga pasangan calon. Nomor satu pasangan Ratu Ria-Subadri Usuludin yang diusung koalisi Partai Golkar, PPP, PDIP, Demokrat, PKB, Perindo dan Gelora. Pasangan nomor dua Budi Rustandi-Nur Agis Aulia yang diusung koalisi Partai Gerindra, PKS dan PSI, Kemudian, pasangan nomor tiga Syafrudin-Heriyanto Citra Buana yang diusung koalisi Partai NasDem, PAN dan Partai Ummat.

Ail mengkritisi penyampain materi yang disampaikan calon nomor satu Ria-Badri, yang dinilai banyak mengulang kata kolaborasi dan sinergisitas tanpa menjelaskan substansi gagasannya.

“Boleh saja bicara kolaborasi dan sinergisitas, tapi gagasanya apa? Harus dipetakan siapa yang terlibat, sudah ada perencanaan strategi apa yang mau dilakukan, baru bicara kolaborasi. Harus punya arah kebijakan,” ucapnya.

Untuk calon nomor dua Budi-Agis, kata Ail, sudah semangat dalam menyampaikan. Namun, banyak program yang belum dirasionalisasikan dalam konteks kebijakan. Misalnya, program satu keluarga satu wirausaha.

“Ini kurang mampu mengkonstruksikan dalam kebijakan pemerintah. Ini harus dirumuskan bagaimana satu keluarga satu wirausaha, apakah bisa dijalankan dan bagaimana memfasilitasi program tersebut,” katanya.

Sedangkan nomor tiga Syafrudin-Heriyanto, kata Ail, terlalu monoton dan terpaku pada catatan. Padahal sebagai petahana seharusnya lebih menguasai permasalahan yang ada. Mereka tinggal menjelaskan apa yang sudah dilakukan, capaian kinerja dan evaluasi perbaikannya.

“Mereka ini kan incumben (petahana-red), kenapa terlalu dominan lihat kertas, mereka kan sudah berbuat, harusnya dia bisa bercerita apa yang sudah dilakukan, apa yang kurang dan apa yang perlu dilanjutkan dan diatasi lebih lanjut,” kata Ail.

Kepala Program Studi (Kaprogdi) Magister Ilmu Komunikasi Untirta ini juga menyayangkan sesi pendalaman dalam debat. Harusnya sesi ini bisa menjadi media saling menguji program yang ditawarkan.

Masing-masing kandidat semestinya bisa mengadu gagasan lebih jauh, saling bertanya, bahkan saling sanggah untuk menghasilkan konsep program yang relevan dalam mendorong pembangunan Kota Serang.

“Ini bukan monolog atau orasi. Kenapa pada sesi tanya jawab, yang satu bertanya, yang satu jawabnya kemana. Jadi semuanya hanya melakukan statmen monolog, yang penting dia ngomong. Akibatnya adalah parade monolog, bukan debat publik,” ujarnya.

Seharusnya debat publik, kata Ail, mereka saling bertanya dan mendalami gagasan lawan. Jika pun ada yang tidak sepakat, kemudian menyanggahnya dan menawarkan ide yang lebih baik.

“Jadi kita (masyarakat) tahu program mana yang lebih rasional, lebih tepat konsepnya saat mereka menjadi walikota. Kalau semua begini, besok kita tawarkan saja parade monolog calon,” cetus Ail.

Kata dia, semuanya hanya melontarkan pernyataan-pernyataan positif. Misalnya, calon mengatakan, akan menjamin masyarakat mendapat pendidikan yang layak, tetapi tidak memberikan penjelasan detailnya.

“Minim sekali gagasan, karena itu saya tantang semua calon bicara hal yang substantif,” katanya.

Ail mendorong pada debat selanjutnya, masing-masing pasangan calon bicara bagaimana cara meningkatkan kualitas pembangunan sumber daya manusia, strategi kebijakan menurunkan angka pengangguran, dan ketiga bicara tingkat kemandirian APBD atau postur anggaran Kota Serang.

Ail juga menyoroti soal janji-janji soal pembangunan sumber daya manusia dari setiap calon. Hanya saja, mereka belum menyinggung soal pelibatan perguruan tinggi.

“Dari semua pembahasan soal SDM, tidak ada satupun pelibatan perguruan tinggi. Apakah mereka belum punya anasir kesana, tapi bicara SDM tanpa pelibatan perguruan tinggi itu kurang tepat,” ucapnya.

“Kita punya banyak perguruan tinggi, tidak harus Untirta, dan itu bisa bermitra karena bagi saya kebijakan yang baik itu berbasis riset dan itu pentingnya melibatkan perguruan tinggi untuk kebijakan pembangunan,” kata Ail.

Diketahui debat pertama Pilkada Kota Serang dilansungkan pada 29 Oktober 2024. Kemudian, debat kedua akan kembali digelar pada Selasa 12 November 2024.

Ail berharap pada debat kedua, pasangan calon dapat memaksimalkan acara tersebut untuk memyampaikan gagasan visi misi dan programnya secara baik. Terlebih debat publik juga menjadi sarana menyakinkan pemilih.

“Debat publik ini tidak hanya menyampaikan gagasan, tetapi juga meyakinkan publik bahwa mereka punya gagasan dan konsep. Jika dia terpilih bisa merealisasikan pembangunan lima tahun ke depan Kota Serang,” sambung Ail. (Red/Rls)