HARIANBANTEN.CO.ID – Tak banyak yang tahu, Kota Serang yang kini jadi pusat pemerintahan Provinsi Banten menyimpan sejarah panjang dan dramatis. Kota ini dulunya bukan pusat kekuasaan, melainkan hanya kawasan agraris. Semua berubah setelah Kesultanan Banten runtuh dan kekuasaan berpindah dari Banten Lama ke Serang.

Perpindahan pusat kekuasaan ini bukan cuma soal pindah lokasi, tapi juga penanda perubahan besar dalam struktur politik dan sosial masyarakat Banten kala itu.

Kesultanan Banten yang berdiri sejak tahun 1526 oleh Maulana Hasanuddin, anak dari Sunan Gunung Jati, dulunya merupakan kerajaan Islam kuat di pesisir barat Pulau Jawa. Banten berkembang jadi pusat perdagangan internasional karena letaknya yang strategis dekat Selat Sunda.

Namun, kejayaan itu mulai meredup pada abad ke-19. Konflik internal dan tekanan dari kolonial Belanda lewat VOC membuat posisi Kesultanan makin lemah. Titik puncaknya terjadi pada 1813 saat Thomas Stamford Raffles memakzulkan Sultan Muhammad Safiuddin. Sejak itu, kesultanan resmi dibubarkan.

Belanda lalu memindahkan pusat pemerintahan ke Serang. Alasannya? Letaknya yang strategis dekat Batavia dan mudah dikontrol. Serang juga dianggap punya potensi besar sebagai pusat birokrasi kolonial baru.

Serang kemudian disulap jadi kota administratif dengan gaya kolonial kental. Kantor residen, rumah asisten residen, rumah bupati, penjara, pengadilan, kantor pos hingga sekolah dibangun mengelilingi alun-alun. Peta kuno dari abad ke-19 menggambarkan Serang sebagai kota militer dengan tata ruang yang dirancang untuk pengawasan ketat terhadap warga bumiputra.

Kawasan alun-alun jadi simbol kekuasaan. Di satu sisi berdiri rumah penguasa Eropa, di sisi lain rumah para bangsawan lokal. Sementara warga pribumi tinggal di pinggiran kota seperti Kampung Serang, Kaloran, dan Kaujon, kampung terakhir dikenal sebagai basis kaum nasionalis pada abad ke-19.

Menariknya, bangunan-bangunan bersejarah yang dibangun kala itu masih banyak yang bertahan hingga kini. Termasuk Masjid Agung Banten dan reruntuhan Keraton Kaibon yang menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu.

Kini, Kota Serang tak hanya jadi pusat pemerintahan, tapi juga simbol transisi dari kejayaan kesultanan Islam menuju sistem kolonial. Dan sejak tahun 2000, Serang resmi menyandang status sebagai ibu kota Provinsi Banten.

“Banten Lama boleh redup, tapi sejarahnya masih hidup”

Penulis: Red | Harianbanten.co.id