Masjid Agung Cilegon, Jejak Sejarah Islam yang Menjadi Ikon Kota Industri
HARIANBANTEN.CO.ID – Masjid Agung Cilegon atau dikenal pula dengan nama Masjid Nurul Ikhlas menjadi salah satu simbol religiusitas di Kota Cilegon, Provinsi Banten. Berdiri di jantung kota, masjid ini tidak hanya menjadi pusat ibadah umat Islam, tetapi juga merekam jejak panjang sejarah perjuangan masyarakat Cilegon dalam menghadapi penjajahan.
Menurut berbagai sumber sejarah, masjid ini diperkirakan dibangun pada tahun 1596, saat wilayah Banten masih berada di bawah bayang-bayang kolonial Belanda.
Awalnya, bangunan masjid ini jauh dari kata megah. Namun seiring waktu, terutama pasca kemerdekaan, bangunan masjid mengalami sejumlah renovasi hingga kini tampil dengan arsitektur bergaya Timur Tengah.
Masjid yang kini berdiri megah di atas lahan seluas 3.600 meter persegi ini telah beberapa kali direnovasi besar, termasuk pada masa kepemimpinan Wali Kota Cilegon Tb. Aat Syafa’at.
Renovasi total yang dilakukan pada awal 2006 dan rampung sekitar tahun 2008 menelan anggaran hingga Rp24 miliar. Masjid ini kemudian diresmikan oleh Menteri Agama RI Maftuh Basyuni bersama Wali Kota Cilegon saat itu.
Kini, Masjid Agung Cilegon menjelma menjadi salah satu ikon kota. Empat menara menjulang tinggi setinggi 55 meter mengapit kubah besar berwarna hijau yang terinspirasi dari Masjid Nabawi.
Keberadaan masjid yang beralamat di Jalan Sultan Ageng Tirtayasa ini sangat strategis, berada di jalan protokol kota yang juga merupakan jalur utama menuju Pelabuhan Merak.
Arsitekturnya yang megah dan nuansa Timur Tengah yang kental membuat masjid ini mudah dikenali dari kejauhan, terutama bagi pelintas yang keluar dari Gerbang Tol Cilegon Timur. Setelah melewati deretan pertokoan dan pusat niaga kota, menara masjid seolah menyambut para pengunjung yang datang ke kota industri ini.
Masjid ini terdiri dari tiga lantai, yakni lantai basemen seluas 1.175 meter persegi, lantai dasar 1.372 meter persegi, dan lantai satu seluas 1.073 meter persegi. Selain difungsikan sebagai tempat ibadah harian dan pelaksanaan shalat Jumat, Masjid Agung Cilegon juga menjadi pusat kegiatan dakwah dan keagamaan masyarakat sekitar.
Tidak jauh dari Stasiun Cilegon, serta berhadapan langsung dengan rumah dinas Wali Kota Cilegon, eks kantor Residen Goebel pada masa kolonial, keberadaan masjid ini kian mempertegas peran sentralnya sebagai ruang spiritual dan historis masyarakat Cilegon.
Masjid Nurul Ikhlas kini bukan sekadar bangunan ibadah. Ia telah menjadi bagian dari identitas Kota Cilegon yang dikenal luas sebagai kawasan industri namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan yang mengakar kuat sejak ratusan tahun silam.
Penulis: Asep Tolet | Harianbanten.co.id
Penulis menyadari bahwa tulisan ini mungkin masih mengandung kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam penyajian informasi.
Masukan dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan tulisan yang lebih baik dan memberikan manfaat bagi khalayak
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.