Tanjung Lesung Kembangkan Agroindustri, Dorong Swasembada Pangan dan Pemerataan Ekonomi
HARIANBANTEN.CO.ID – Indonesia dikenal dunia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Letak geografis yang strategis, iklim tropis yang mendukung sepanjang tahun, serta melimpahnya sumber daya alam menjadikan Indonesia memiliki potensi ekonomi bernilai tinggi, termasuk di sektor pertanian.
Bercocok tanam telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang bangsa ini. Aktivitas tersebut terekam dalam relief Candi Borobudur dan Prambanan, dan sejak masa kolonial Belanda, hasil pertanian Nusantara telah menjadi komoditas utama yang diperdagangkan hingga ke Eropa oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
Banten sendiri memiliki catatan penting dalam sejarah rempah-rempah dunia. Sebelum Kesultanan Banten berdiri, wilayah ini telah dikenal sebagai penghasil lada utama. Penulis Tiongkok, Chau Ju-Kua, pada abad ke-12 mencatat wilayah Sunda, yang merujuk pada Banten, sebagai daerah penghasil lada. Pada abad ke-16, Banten berkembang menjadi pelabuhan internasional yang ramai dikunjungi saudagar dari berbagai bangsa, seperti Jepang, Tiongkok, India, Arab, Turki, hingga Eropa.
Kesultanan Banten turut membangun infrastruktur seperti dermaga, pasar, dan penginapan untuk mendukung perdagangan. Surat persahabatan dari Sultan Ageng Tirtayasa kepada Raja Charles II dari Inggris pada 1640, yang disertai dengan 100 bahar lada hitam dan 100 pikul jahe, menjadi bukti pentingnya posisi Banten dalam jalur rempah dunia.
Berkaca pada sejarah panjang itu, Chairman Jababeka Setyono Djuandi Darmono tergerak untuk membangkitkan kembali kejayaan Banten melalui pengembangan sektor agrikultur di kawasan Tanjung Lesung. Kawasan ini selama ini dikenal sebagai destinasi pariwisata kelas dunia, namun juga menyimpan potensi besar di bidang pertanian.
“Kondisi tanah di Tanjung Lesung sangat subur. Kami mulai membangun persemaian untuk berbagai jenis sayuran seperti cabai dan terong. Ini akan mendukung swasembada pangan di kawasan ini dan bahkan bisa diekspor,” ujarnya.
Upaya tersebut merupakan bagian dari pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung yang telah ditetapkan pemerintah. KEK merupakan instrumen strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri, perdagangan, dan pariwisata. Kini, agrikultur menjadi salah satu fokus utama yang dikembangkan di Tanjung Lesung.
Hasil panen dari kawasan ini diharapkan dapat langsung disalurkan ke hotel, restoran, dan objek wisata sekitar. Tidak hanya mencukupi kebutuhan lokal, produksi pertanian yang sehat dan organik dari Tanjung Lesung juga diarahkan untuk memenuhi pasar ekspor.
Lebih jauh, pengembangan sektor agroindustri ini juga membuka banyak lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar. Petani lokal diberdayakan tidak hanya untuk menanam, tetapi juga untuk mengolah hasil panen agar memiliki nilai jual lebih tinggi.
“Lahan-lahan tidur bisa dimanfaatkan, hasilnya bisa langsung dinikmati masyarakat. Ini bukan hanya soal pertanian, tapi juga pendidikan, kesehatan, dan keberlanjutan,” ungkap Darmono.
Dengan pengembangan yang holistik, Tanjung Lesung tidak hanya ditargetkan sebagai pusat wisata, tetapi juga sebagai pusat agroindustri, pendidikan, dan budaya. Upaya ini diharapkan mampu mempercepat pemerataan ekonomi dan mewujudkan ketahanan pangan tidak hanya di Banten, tetapi juga di berbagai wilayah lain di Indonesia.
Penulis: Red | Harianbanten.co.id
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.